Haiorang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisaa' : 29)
yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S. Al-Fatihah : 7) Pada tulisan kali ini kita akan membahas mengenai alasan-alasan mengapa Allah Subhanahu Wa Ta'ala amat murka kepada orang Yahudi.
Submit 2015-04-01 021332 Link sumber Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang buruknya keadaan kaum munafik yang berwalaâ memberikan sikap cinta dan setia kepada orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai sahabat, baik mereka itu orang-orang Yahudi, Nasrani dan yang lainnya yang Allah Subhaanahu wa Ta'aala murkai. Mereka memperoleh laknat Allah dan bersikap ragu-ragu antara beriman atau kafir. Mereka bukan orang-orang mukmin baik zhahir luar maupun batin dalam karena batin mereka bersama orang-orang kafir, dan bukan pula orang-orang kafir baik zhahir maupun batin karena zhahir mereka bersama kaum mukmin. Inilah sifat mereka yang telah disebutkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mereka bersumpah dengan sumpah yang berlawanan dengan keadaan mereka, yaitu bahwa mereka adalah orang-orang mukmin, padahal mereka mengetahui bahwa mereka bukan orang-orang mukmin. Maka balasan terhadap mereka yang berkhianat itu yang fasik lagi berdusta adalah Allah siapkan untuk mereka azab yang pedih. Mereka mengerjakan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mendatangkan hukuman dan laknat-Nya. Yaitu orang-orang Yahudi. Yaitu orang-orang mukmin. Yaitu orang-orang Yahudi. Imam Ahmad di juz 1 hal. 240 meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, âAkan masuk menemui kamu seorang yang melihat dengan satu mata setan atau kedua mata Lalu ada seorang yang biru matanya dan berkata, âWahai Muhammad! Atas dasar apa engkau engkau memakiku atau atau semisalnya. Ibnu Abbas berkata, âIa pun bersumpah, dan turunlah ayat ini yang ada di surah Al Mujaadilah, âDan mereka bersumpah atas kebohongan,â dan ayat yang lain. Haitsami berkata dalam Majmaâuz Zawaaâid, âDiriwayatkan oleh Ahmad, Al Bazzar dan para perawi semuanya adalah para perawi hadits shahih, namun di sana disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang berkata kepada orang itu, âAtas dasar apa engkau dan kawanmu Syaikh Muqbil menjelaskan, bahwa inilah yang disebutkan dalam Musnad di halaman 267 dan 350. Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh Hakim dalam Mustadrak juz 2 hal. 482, ia berkata, âHadits ini shahih sesuai syarat Muslim, namun keduanya Bukhari dan Muslim tidak Bahwa mereka beriman. Bahwa mereka berdusta dalam ucapan itu.
IBADURRAHMAN HAMBA-HAMBA TERKASIH ) MENGHINDAR DARI DOSA BESAR (MENUMPAHKAN DARAH ORANG LAIN) وَلَا يَقْتُلُونَ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ "Dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar." ( Q.S : Al Furqan : 68 ) Pembunuhan termasuk dosa besar kecuali
Eramuslim – DARI Ibnu Abbas, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Manusia yang paling dimurkai Allah ada tiga golongan; Orang yang melakukan pelanggaran di tanah haram, orang yang mencari-cari perilaku jahiliyah padahal telah masuk Islam, dan memburu darah seseorang tanpa alasan yang dibenarkan untuk menumpahkan darahnya.” HR. Bukhari Hikmah hadis 1. Ada perbuatan-perbuatan yang sangat dibenci Allah Ta’ala, sebagaimana digambarkan dalam hadis di atas, dan oleh karenanya, perbuatan-perbuatan tersebut harus dihindarkan sejauh-jauhnya agar kita terhindar dari murka Allah Ta’ala. 2. Yang pertama adalah melakukan pelanggaran atau melakukan perbuatan maksiat di tanah Haram, yaitu di dua kota suci Mekah dan Madinah. Karena, kedua kota tersebut adalah kota yang tanahnya diharamkan atau disucikan oleh Allah Ta’ala, dan oleh karenanya melakukan perbuatan haram lebih ditekankan pengharamannya. 3. Kedua adalah melakukan perbuatan dan kebiasaan yang memiliki unsur kejahiliyahan, padahal ia telah diberi hidayah ke dalam dinul Islam. Terutama perbuatan-perbuatan dan kebiasaan yang mengandung unsur kemusyrikan, mengandung unsur maksiat, atau membawa pada perpecahan umat. 4. Dan yang ketiga adalah, menumpahkan darah sesama muslim, saling tikam, saling menjatuhkan dan saling mencederai satu dengan yang lainnya. Karena sesama muslim adalah bersaudara yang oleh karenanya, haram saling menumpahkan darah, haram saling mencederai kehormatan dan haram saling mengambil harta satu dengan yang lainnya. Inilah Oleh Ustaz Rikza Maulan, Lc DalamQS ali Imran ayat 77 Allah Swt berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih". loading...Orang yang dimurkai Allah sudah pasti bakal sengsara hidupnya. Baik di dunia maupun kelak di akhirat. Dan, di kalangan umat Islam ada sekelompok orang yang dimurkai Allah. Foto ilustrasi/ist Orang yang dimurkai Allah sudah pasti bakal sengsara hidupnya. Baik di dunia maupun kelak di akhirat. Dan, di kalangan umat Islam ada sekelompok orang yang dimurkai Allah. Golongan ini adalah orang yang enggan berdoa . Orang yang perilakunya menyepelekan doa atau orang yang tidak mau berdoa diancam mendapat tempat di neraka jahannam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman وَقَا لَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْۤ اَسْتَجِبْ لَـكُمْ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَا دَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَا خِرِيْنَ"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."" QS. Ghafir 60 Baca Juga Allah subhanahu wa Ta'ala sangat murka kepada orang yang enggan berdoa dan tidak mau memohon kepada-Nya. Hal ini disebabkan ada dua kemungkinan. Pertama, hamba tersebut putus asa, dan yang kedua hamba sombong menyombangkan diri, dan kedua-duanya adalah perbuatan yang dimurkai Allah Ta’ Shallalahu 'Alaihi wa Sallam bersabda قال صلى الله عليه وسلمإِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلٍ اللَّه يَغْضَبْ عَلَيْهِ-الترمذي”ٍSesungguhnya mengenai sebuah urusan, barang siapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka atasnya." HR. at-TirmidziSebab itulah Al Halimi ulama dari kalangan asy-Syafi'i , meninggal tahun 403 Hijriyah, bernama lengkap Imam Abi Abdullah al-Husain bin al-Hasan al-Halimi asy-Syafii berpendapat bahwa hendaklah setiap hamba dalam sehari semalam jangan sampai tidak berdoa sama sekali, maka ia akan memperoleh murka dari Allah Ta’ala. Minimal jika seorang hamba meninggalkan amalan doa dalam sehari semalam, maka hal itu termasuk perkara itu, terdapat banyak ayat dalam al-Qur'an yang memerintahkan kita untuk berdoa kepada Allah. Di antaranya, Allah Ta'ala berfirman ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." QS. al-A’raf 55Allah Ta'ala memvonis orang yang tidak mau berdoa adalah orang yang menurut Zadul Masir, Ibnul Jauzi, orang yang tidak mau berdoa kepada Allah akan diancam dengan neraka. Ulama bersepakat hukum berdoa adalah wajib. Dalam hidup manusia, dia wajib berdoa kepada Allah. jika tidak pernah berdoa sepanjang hidupnya maka dia berdosa. Sementara mengenai bentuk doa dan jenis doa, ini hukumnya anjuran dan tidak wajib. Semakin banyak berdoa semakin baik. Dalam Syajaratul Ma'aif karya Syaikh al-'Izz bin Abdus Salam, termasuk salah satu dari akhlak terhadap nama Allah al-Mujib adalah berakhlak dengan ijabah. Yakni mengetahui bahwa Allah akan menjawab dan mengabulkan semua doa karena Allah Maha Tahu akan kebutuhan hamba-Nya dan hanya bersandarnya hamba pada-Nya. Dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mendengar semua doa, Maha Tahu atas semua musibah yang menimpa hamba-Nya, Maha Tahu semua bahagia dan derita. Cara berakhlak dengan ijabah-Nya adalah dengan merespons semua seruan Allah agar bisa bertaqarrub senantiasa mendekat pada-Nya dengan penuh kebaikan, ketaatan dan sepenuh ibadah pada-Nya. Baca Juga Wallahu A'lam wid Merekapun menjadi orang-orang yang dimurkai. Sebab orang-orang yang memiliki ilmu, namun fasik itu akan memperoleh siksaan di akhirat. Bahkan _*siksaan yang diterimanya itu didahulukan dibanding orang-orang jahiliyah penyembah berhala.*_ Dalam kitab _*"at Targib wat Tarhib"*_ dituliskan sebuah hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Thabrani:- Meskipun seseorang itu dianggap sholeh, belum tentu dia akan selamat dan bebas dari murka Allah SWT. Sebab ada satu hal yang mungkin menyebabkan orang sholeh itu dimurkai Allah SWT. Apa sikap atau ucapan orang sholeh yang dimurkai Allah SWT? Berikut ini ada kisah tentang satu ucapan orang sholeh yang dimurkai Allah SWT. Ringkasan cerita di bawah ini disampaikan oleh Syekh Ali Jaber. Ucapan Orang Sholeh yang Dimurkai Allah SWT Dalam video yang diunggah ke kanal Youtube Audio Syiar, pada 22 November 2019, Syekh Ali Jaber menceritakan kisah tentang satu ucapan orang sholeh yang dimurkai Allah SWT. Baca Juga Catat! Enam Amalan Sunnah untuk Mendekatkan Diri dengan Allah SWT Saat Hari Raya Idul Adha "Allah SWT Maha Pengampun, Maha Penghapus dosa, bahkan yang termudah bagi Allah adalah mengampuni dosa kita. Jadi bagi Allah tidaklah berat mengampuni dosa kita. Sebagaimana Allah SWT sangat mudah untuk mengampuni dosa-dosa kita. Seberapapun dan sebesar apapun dosa kita, jika kita selalu ingat nama Al Ghofur kita akan bebas dari murka Allah SWT. Salah satu orang yang tidak percaya dengan Nama Allah Al Ghofur adalah orang yang berbuat dosa dan maksiat, tapi dia merasa tidak akan diampuni. Atau ketika orang melihat saudaranya berdosa dan jatuh dalam perbuatan maksiat, sudah dinasehati beberapa kali tapi orang itu tidak mau berubah. Kemudian orang tersebut berkata "hei kamu tidak akan diampuni Allah". Sikap inilah yang bahaya, ini istilahnya sudah ikut campur dengan nama Allah SWT Al Ghofur. Hanya Allah SWT yang menindak siapa yang diampuni dan siapa yang diazab. Siapa yang mau Allah maafkan dan siapa yang tidak dimaafkan." Dari transkrip video di atas, penekanannya ada pada sikap orang yang berusaha menasehati tersebut. Orang itu adalah orang sholeh tapi dia telah mendahului hal-hal yang hanya Allah SWT ketahui. Ucapan "hei kamu tidak akan diampuni Allah' adalah contoh dari sikap yang membuat orang sholeh itu bisa kena murka Allah SWT. Baca Juga Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Sebut Al-Qur'an Kalam Nabi Muhammad SAW Kalau Allah Berbahasa Arab, Susah Nanti... Contoh Sikap Orang Sholeh yang Dimurkai Allah SWT Mungkin ilustrasi satu saja kurang cukup untuk menggambarkan maksud dari satu ucapan orang sholeh yang dimurkai Allah SWT. Mari kita lanjutkan ke kisah berikutnya. Ketika ada orang sholeh, yang melihat saudaranya selalu berbuat dosa maksiat. Dan dia menasehati beberapa kali tapi tidak berubah. Besoknya bertemu lagi dan masih berbuat maksiat. Sampai yang ketiga kali dia sudah berani berkata "Allah tidak bakal diampuni dosamu" pada orang yang berbuat maksiat. Allah SWT disitulah marah "Siapa yang menjadikan dirinya Tuhan atas-Ku. Akulah yang akan mengampuni dosa-dosa hamba-Ku". Ternyata orang yang shaleh ini gara-gara ucapannya yang salah, ia mendapatkan kemurkaan dari Allah. Terhapus kebaikannya dan justru orang yang berdosa dan bermaksiat diampuni dosanya oleh Allah. Demikian itulah satu ucapan orang sholeh yang dimurkai Allah SWT. Cerita tersebut dikisahkan kembali oleh Syekh Ali Jaber berdasarkan kisah yang telah diceritakan oleh Rasulullah SAW. Kontributor Mutaya Saroh
Termasukkategori syuhada, sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah SAW: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya Rasulullah saw. bersabda, "Syuhada' (orang-orang yang mati syahid) itu ada lima, yakni orang yang mati karena terkena wabah, sakit perut, tenggelam, keruntuhan bangunan, dan mati yang syahid di jalan Allah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
PENJELASAN di bawah ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan benarkah yang dimaksud dengan “ghairil maghdhubi alayhim“ itu Yahudi dan “wa ladh dhallin” itu Nasrani? Al-Fatihah ayat 7 yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Umumnya para ahli tafsir menjawab iya. Tafsir al-Mawardi mengatakan ini pendapat mayoritas ulama tafsir. Bahkan Ibn Katsir mengutip Ibnu Abu Hatim yang mengatakan bahwa dia belum pernah mengetahui di kalangan ulama tafsir ada perselisihan pendapat mengenai makna ayat ini. Namun pelacakan saya menunjukkan ada sejumlah mufassir yang punya tafsiran berbeda. Mari kita selami samudera tafsir para ulama soal ini. Pertama, para mufassir mencoba menjelaskan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan “dimurkai” dan “sesat”. Ibn Tafsir dan lainnya mengatakan, Orang-orang yang dimurkai adalah mereka yang telah rusak karena mereka sebenarnya mengetahui perkara yang haq, tetapi menyimpang darinya. Sementara mereka yang sesat adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu, akhirnya mereka bergelimang dalam kesesatan, tanpa mendapatkan hidayah kepada jalan yang haq benar. Lantas timbul pertanyaan, siapakah contoh kedua golongan ini? Ibn Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan riwayat yang berisi jawaban Nabi Muhammad Saw. Ada riwayat yang berbeda namun secara umum, menurut Ibn Hajar, jawaban Nabi bahwa yang dimurkai itu adakah Yahudi dan yang sesat itu adalah Nasrani. Riwayatnya sahih dan ada pula yang hasan. Bahkan banyak ulama tafsir, seperti Zamakhsyari dalam al-Kasyaf, menyebutkan rujukan lain dalam Al-Quran untuk menguatkan pendapat ini, yaitu al-Maidah 60 dan al-Maidah 77. Itulah sebabnya mayoritas ulama tafsir mengikuti pendapat ini. Namun sebagian ahli tafsir memiliki pandangan lain. Tafsir al-Maturidi menganggap “yang dimurkai” dan “yang sesat” itu satu golongan. Bukan dua golongan yang berbeda. Karena sesat itu pasti dimurkai, dan orang yang dimurkai Allah, pasti berada di jalan kesesatan. Hanya saja ketika menyebutkan contohnya, kitab tafsir al-Maturidi mengutip pendapat yang bilang bahwa maksudnya itu Yahudi. Dia tidak menyebut Nasrani. Saya sodorkan Tafsir al-Qurthubi yang merekam pendapat yang berbeda Ada yang berpendapat bahwa “yang dimurkai” itu adalah orang-orang Musyrik. Dan “yang sesat” itu adalah orang Munafik. Namun Imam Mawardi dalam kitab tafsirnya membantah pendapat ini dan mengatakan pendapat ini tertolak. Ada juga yang berpendapat bahwa “yang dimurkai” itu mereka yang mengikuti perbuatan bid’ah. Dan yang “sesat” itu yang menyimpang dari petunjukNya. Imam Qurthubi menyimpilkan bahwa pendapat ini baik-baik saja, tapi tafsir dari Nabi itu yang lebih utama dan lebih baik. Diskusi lain terdapat dalam Tafsir ar-Razi Pendapat yang masyhur bahwa “yang dimurkai” itu Yahudi dan “yang sesat” itu Nasrani, dinyatakan sebagai dha’if lemah. Karena penyembah berhala dan orang Musrik itu lebih jelek lagi dibanding Yahudi dan Nasrani, sehingga menghindari jalan mereka itu lebih berharga untuk disebutkan. Lebih baik kita menafsirkan “yang dimurkai” itu sebagai mereka yang bersalah perbuatan seperti orang Fasiq, dan “yang sesat” itu mereka yang bersalah dalam keyakinan. Ini karena redaksinya bersifat umum, dan membatasinya menjadi keliru. Imam ar-Razi juga menyebutkan bahwa ada kemungkinan yang dimaksud dengan “yang dimurkai” itu adalah orang Kafir. Dan mereka “yang sesat” itu adalah orang Munafik. Dalilnya adalah, dalam lanjutan surat al-Fatihah, yaitu lima ayat pertama dalam surat al-Baqarah, memuji orang yang beriman, lantas mengecam orang Kafir ayat 6 dan membahas tentang orang Munafik ayat 8 Nah, menarik bukan? Imam al-Alusi dalam kitab tafsirnya Ruhul Ma’ani mengkritik penafsiran Imam ar-Razi di atas. Bagi beliau, sebagaimana juga Imam Qurthubi yang sudah dikutip di atas, lebih baik mengikuti riwayat Hadis yang menjelaskan jawaban Nabi Muhammad. Ibn Asyur dalam kitab tafsirnya at-Tahrir wal Tanwir mencoba menjembatani diskusi ini. Bagi beliau, jawaban Nabi Muhammad itu adalah contoh berdasarkan komumntas yang dikenal oleh orang Arab pada saat turunnya wahyu. Pada saat itu diketahui bahwa kedua komunitas tersebut Yahudi dan Nasrani merupakan contoh paling jelek untuk dimasukkan dalam keumuman ayat ketujuh surat al-Fatihah ini. Artinya, kalau kita ikuti alur argumentasi ini, bukan berarti contohnya harus mereka, atau dibatasi oleh mereka semata. Itu sebabnya Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir al-Manar dan juga Syekh Wahbah az-Zuhayli dalam Tafsir al-Munir memilih untuk mengembalikan ke makna umum. Ringkasnya, mereka “yang dimurkai” itu adalah mereka yang menolak kebenaran agama Allah, dan melakukan perusakan di muka bumi, sementara “yang sesat” itu adalah mereka yang sama sekali tidak mengenal kebenaran atau tidak mengenal kebenaran melalui jalan yang sahih, atau mengurangi dan memodifikasi petunjuk. Contohnya? Berdasarkan penjelasan sejumlah kitab tafsir di atas, jawabannya bisa Yahudi dan Nasrani; Penyembah Berhala dan Kaum Musyrik; atau orang Fasik dan pelaku Bid’ah, bisa juga orang Kafir dan kaum Munafik. Semoga kita dihindarkan dari jalan mereka, dan kita mendapatkan petunjuk untuk mengikuti jalan yang lurus, yaitu jalan mereka yang diberi anugerah kenikmatan oleh Allah SWT. Aamiin Ya Rabbal Alamin. Tabik. [nuol] Nadirsyah Hosen, Rais Syuriyah PCI Nahdlatul Ulama Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
. 226 222 306 23 180 163 201 253